Pengalaman Terbang ke Indonesia di masa pandemi - Januari 2021


Atas permintaan dari beberapa teman, izinkan saya menuliskan pengalaman terbang ke Indonesia yang saya alami baru saja. Semoga cerita pengalaman ini bisa membantu teman-teman yang berencana pulang. 


1.     Pra Keberangkatan


Saya terbang ke Indonesia menggunakan maskapai Qatar Airways, dengan transit di Doha selama 2 jam. Sebelum berangkat saya melakukan tes PCR di Belanda, maksimal 2x24 jam dari jam keberangkatan sebagaimana disyaratkan oleh pemerintah Indonesia. Dokumen2 yang perlu disiapkan adalah print out hasil negative tes PCR dan surat pernyataan negatif COVID dari Qatar airways yang tersedia di website Qatar. Dokumen ini ditunjukkan pada saat Check-in di Schipol. Situasi di Bandara Schipol cukup lengang dan tertib sesuai dengan protokol kesehatan. Petugas ground handling Qatar juga ramah dan membantu. Saya mengalami sedikit masalah dengan koper yang tidak bisa ditutup (ketahuan deh kebanyakan bawa barang 😅), tapi petugas membantu mencarikan solusi. Hanya saja, kesan saya bagian imigrasi dan bea cukai pemerintah Belanda menjadi lebih ketat. Setiap penumpang ditanya mengenai aktivitasnya di Belanda/Indonesia, dan berapa jumlah uang cash yang dibawa saat terbang. Di samping itu, polisi bandara juga menyiapkan anjing pelacak, yang mengendus setiap penumpang yang lewat. Jadi jangan kaget kalau keluar imigrasi tiba2 ada anjing besar yang menghampiri dan mengendus2. 😁 


2.     Selama penerbangan dari Amsterdam ke Jakarta (termasuk transit di Doha)


Maskapai Qatar menerapkan kebijakan pengaturan duduk penumpang dengan selisih satu orang. Meski begitu, berhubung banyak tempat yang kosong, penumpang bisa request untuk pindah ke bagian yang tidak ada penumpang lain. Hal ini saya lakukan, dengan tujuan supaya saya bisa beristirahat. Lumayan kan bisa pakai 3 kursi untuk menyelonjorkan badan dan kaki selama penerbangan 14 jam. Saya juga sangat mengajurkan untuk pindah tempat jika dirasa kurang nyaman, karena kita masih butuh energi panjang sesampai di Indonesia. Maskapai ini juga disiplin dalam penerapan protokol kesehatan. Setiap petugas berbaju mirip hazmat. Penumpang juga dibagikan tas kecil berisi perlengkapan kesehatan yang berisi masker, sarung tangan, dan hand sanitizer. 



Kesan pribadi saya, layanan Qatar kali ini sangat bagus. Petugas ramah, peduli dan membantu mencarikan solusi. Saya sempat bermasalah dengan layar video yg rusak dan makanan juga headphone milik pesawat yg hilang misterius. Mereka menanggapi dan mengusut masalah secara serius, padahal saya sih biasa aja. 😁 Chief flight attendant turun langsung, menanyakan kronologi kejadian, mengusut, dan meminta maaf berkali2 atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan dan menawarkan kompensasi. 


Selama transit di Doha, bandara cukup ramai, tapi protokol kesehatan tetap bisa dijalankan. Petugas tidak menanyakan dokumen lain kecuali pasport dan boarding pass. 


3. Ketibaan dan Karantina


Sesampai di Bandara Soetta, penumpang diminta menuju tempat pemeriksaan dokumen awal. Petugas menyiapkan tempat duduk berjarak sesuai protokol kesehatan. Setiap penumpang diminta untuk menyiapkan E-HAC, hasil PCR, dan kertas pemeriksaan dokumen yang akan diberikan saat tiba di bandara. Saran saya, sebaiknya E-HAC diisi sebelum keberangkatan karena akan mengurangi kerepotan. 


Setelah dokumen diperiksa, penumpang dipersilakan menuju tempat pemeriksaan kesehatan. Petugas mengisi kartu pemeriksaan. Di kertas tersebut tertulis apakah penumpang menunjukkan panas tubuh abnormal, tapi sejatinya saya sih tidak merasa suhu tubuh saya diperiksa. 

😁


Setelah lolos pemeriksaan kesehatan, penumpang boleh mengambil bagasi. Setelah itu tentara meminta penumpang berbaris untuk diarahkan ke tempat karantina. Nah, disini ada risiko untuk terpapar karena rata2 penumpang tidak menjaga jarak saat berbaris. Saya memilih untuk tidak ikut di barisan, duduk manis di kursi, dan memang diizinkan oleh petugas. Tips dari saya, masuk ke bus rombongan paling belakang agar sepi dan rendah risiko terpapar.



Dari barisan ini, setiap 25 orang akan dinaikkan ke bis yang membawa ke tempat karantina. Tempat karantina sudah ditentukan oleh petugas, dan semuanya adalah hotel, bukan Wisma Atlet. Saya sendiri mendapat tempat di Hotel Holiday Inn Thamrin. Barang2 dibantu dimasukkan ke bus oleh petugas. Saat naik bus, ada risiko terpapar juga karena tidak ada jarak yang cukup. Saya memilih duduk sendirian di paling belakang bersama barang2 untuk menjaga. 



Sesampai di tempat karantina, penumpang diminta mencuci tangan dan barang2 disemprot dengan cairan desi fektan. Setelah itu penumpang dikumpulkan untuk diberi pengarahan dan diminta menandatangani dokumen. Proses karantina dilakukan selama 5 hari, dengan dua kali tes PCR setelah kedatangan di hotel dan 2 hari sesudahnya. Seluruh biaya karantina dibiayai oleh pemerintah, asalkan penumpang mau mengikuti pilihan hotel yg tersedia. Jika penumpang ingin memilih sendiri hotel sesuai dengan list, maka ia perlu membayar sendiri. Setiap kamar dihuni oleh 1 orang penumpang dan penumpang tidak disarankan keluar kamar sampai karantina berakhir. Selama karantina juga tidak diperbolehkan menerima tamu. Jika penumpang ingin memesan makanan, disamping makanan yang sudah disediakan 3 kali sehari oleh pihak hotel, disarankan menggunakan aplikasi online dan makanan akan dikirimkan ke kamar. 



Demikian sedikit cerita pengalaman terbang selama pandemi. Kesimpulan saya, terbang selama masa pandemi dengan proses karantina ini ternyata tidak mencemaskan seperti yang saya bayangkan. 


Semuanya sudah tertata dengan arahan petugas yang membantu. Kuncinya memang pada menikmati pengalaman ini. Apa yang terjadi ya sudah diterima saja dengan senang dan dianggap sebagai pengalaman seumur hidup buat diceritakan ke anak cucu 😁😁 Kalau ada yang kurang ya diterima saja, toh petugas sudah berusaha memberikan yang terbaik. 


Untuk teman-teman yang akan terbang, selamat terbang kembali ke pelukan Indonesia. 

Semoga perjalanan aman, tenang, dan menyenangkan! Selamat bersua dengan orang2 tercinta!


Thamrin, Jakarta, 20 Januari 2021

@idprimasari

Comments

Popular Posts